🐹 Teras Lantai Atas Pada Bangunan Bertingkat
KETENTUANBANGUNAN BERTINGKAT DI WILA YAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA: a. Bahwa pembangunan pisik di Jakarta, terutama pembangunan dari 1,20 meter di atas lanlai teras tersebut, tidak diper· Ketentuan pelaksanaan tentang pelampauan Koeflsien Lantai Bangunan (KLB) tersebut di atas ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah. B A B III
Secaradefinisi bahasa, balkon adalah serambi atau teras lantai atas yang ada pada bangunan bertingkat. jasaarsitekjakarta.com. Balkon (berasal dari bahasa Perancis
sedang misal bangunan bertingkat rendah. c. Ordinary Moment Frames Koridor di atas lantai pertama Koridor lantai pertama 40 (1,92) 80 (3,83) 100 (4,79) 1000 (4,45) Pekarangan dan teras, jalur pejalan kaki 100 (4,79)a Sumber: SNI 1727:2013 Beban Mati
atas atau disebut juga sebagai teras pada lantai atas untuk bangunan bertingkat. Penelitian (Kim, Kim, & Kim, 2020) menyatakan bahwa balkon adalah suatu penghubung ruang dalam dan luar. Balkon sendiri dapat dimanfaatkan untuk sarana aktivitas-aktivitas seperti tempat untuk menjemur pakaian, area duduk, dan lain sebagainya.
modelteras lantai atas rumah minimalis04 03 2019 Selain teras depan samping atau belakang ada juga teras atas yang terdapat pada rumah minimalis bertingkat Teras atas ini dari judul artikel 30 Model Pagar Stenlis Mewah dan Minimalis Terbaik 2019 Kemudian artikel Contoh Pagar Stenlis Teras Lantai Atas kami posting di
Sistemkami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS teras lantai atas pada gedung bertingkat. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang
Alasankedua adalah terkait dengan jumlah penghuninya, apalagi ada keluarga besar yang tinggal di dalamnya. Tidak dapat dihindari lagi rumah dua lantai menjadi jawaban atas permasalahan di atas. Tidak hanya itu, teras juga harus dimaksimalkan bentuknya, bagaimanapun teras penting untuk kegiatan keluarga, sehingga tidak mungkin tidak dibangun.
Rumahrumah tersebut dibangun menghadap ke jalan, hal tersebut berkaitan dengan peruntukkannya sebagai bangunan untuk aktivitas perdagangan. Tipe rumah-rumah Cina dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu bertingkat dan tidak bertingkat. Rumah bertingkat terbagi menjadi dua jenis yaitu rumah yang lantai atasnya berteras dan tidak berteras.
Padatingkat bangunan, struktur ini terdiri dari tiga kelompok yaitu: 1. Bagian Bawah atau Rendah. Bagian dari struktur bangunan bagian bawah ini terletak di bawah permukaan tanah sehingga harus dibangun dengan sangat kokoh. Struktur bawah sebuah bangunan berguna untuk menopang beban dari atas. Contoh struktur bawah adalah pondasi dan sloof.
BnPzzI. Siap merencanakan desain rumah impian bersama Emporio Architect? Untuk memperlancar komunikasi, mari pahami beberapa istilah yang umum digunakan dalam perencanaan hunian. Berikut 75 istilah arsitektur yang perlu dipahami agar proses konsultasi desain berjalan dengan lancar. 1. Fasad Fasad Fasad merupakan sisi luar atau wajah sebuah bangunan, fasad juga merupakan tampilan eksterior sebuah bangunan. Biasanya fasad berada di bagian depan, tetapi fasad juga bisa ada pada bagian samping dan belakang bangunan. Istilah fasad bermula dari bahasa Perancis, yang artinya "depan" atau "muka" yang bisa dilihat banyak orang. Fasad sangat penting untuk meningkatkan value dari keseluruhan bangunan. Semakin indah, mewah, megah maka semakin mahal suatu bangunan. 2. Focal Point Focal Point Dalam arsitektur, focal point merupakan elemen pada eksterior atau interior bangunan yang paling menarik perhatian dibanding elemen lain didekatnya. Focal point bisa berupa fasad, bagian tertentu bangunan, fitur, hiasan, perabot, warna, material, lampu, artwork, dan lainnya yang memiliki faktor WOW’ dan membuat orang terkesan. Pada contoh diatas, focal pointnya apa? Jawabannya adalah kemana mata Anda tertuju pertama kali? 3. Artwork Artwork Artwork adalah karya seni, ciptaan artistik atau benda yang memiliki nilai estetika dan umumnya berfungsi memberi efek keindahan pada bangunan, bisa berupa patung, ukiran, lukisan, hiasan, pot, pajangan, dekorasi, pernak-pernik dan lain sebagainya. 4. Secondary Skin Secondary Skin Secondary skin merupakan lapisan di luar dinding utama pada fasad atau eksterior bangunan namun tidak menempel pada struktur dinding bangunan utama. Keberadaan secondary skin pada bangunan mampu mengurangi persoalan panas pada bangunan yang muncul karena paparan sinar matahari. 5. Pilar Pilar Pilar merupakan tiang penyangga pada bangunan yang mendukung atau menyokong atap serta struktur berat lainnya agar bangunan bisa berdiri kokoh. Pilar berfungsi sebagai penguat struktur. 6. Kanopi Kanopi Kanopi adalah atap semi-permanen yang terbuat dari kain, logam, kaca, seng, dan lain sebagainya yang disangga dengan tiang dan umumnya dipasang di carport, balkon, taman maupun rooftop. 7. Carport Carport Carport merupakan tempat parkir kendaraan di depan rumah, umumnya terdapat kanopi atau kantilever sebagai atap untuk melindungi kendaraan dari panas matahari dan hujan. Dengan adanya space parkir atau carport ini juga memudahkan penghuni untuk mencuci mobil dan motor di rumah. 8. Garasi Garasi Berbeda dengan carport yang semi-outdoor, garasi lebih bersifat indoordalam ruangan tertutup. Garasi merupakan tempat menyimpan kendaraan yang tertutup dinding dan pintu indoor sehingga kendaraan lebih terlindungi baik dari matahari, hujan, angin, debu, maupun dari pencurian serta pengrusakan lainnya. Idealnya jika lahan mencukupi, Anda memiliki Garasi dan Carport dengan kapasitas sesuai jumlah kendaraan serta memiliki akses manuver yang mudah. 9. Basement Basement Basement adalah ruangan yang sebagian atau keseluruhannya dibangun di bawah permukaan tanah sebuah bangunan, biasanya diperuntukkan untuk tempat penyimpanan gudang, tempat persembunyian, home theater, studio music atau tempat parkir. 10. Teras Teras Teras adalah area atau landasan yang lebih tinggi daripada area tanah sekeliling biasanya terletak di area sebelum menuju pintu masuk suatu bangunan. Teras dalam hunian dapat difungsikan sebagai tempat duduk-duduk, ngopi-ngopi ataupun menerima tamu di bagian depan rumah. Teras yang indah juga akan meningkatkan kesan positif pada hunian Anda. 11. Balkon Balkon Balkon merupakan teras lantai atas pada bangunan bertingkat. Dalam arsitektur, balkon merupakan ruangan semi terbuka yang menonjol dari bangunan, dimana salah satu atau beberapa sisinya tidak ditutup penuh dengan dinding. Balkon bisa diletakkan pada sisi depan, samping, maupun belakang di lantai atas hunian Anda. Paling optimal diletakkan pada area yang mengarah kepada view/pemandangan bagus seperti taman dan atau kolam renang. 12. Rooftop Rooftop Rooftop adalah area yang berada di bagian atap atau bagian paling atas pada bangunan. Rooftop bisa sepenuhnya terbuka atau bisa juga sebagian beratap kanopi atau gazebo. Rooftop bisa dihias dengan berbagai dekorasi baik taman, furniture outdoor, rumput sintetis, pernak-pernik lainnya agar lebih indah dan nyaman. 13. Foyer Foyer Pada awalnya, foyer adalah sebuah ruang yang biasanya menjadi penghubung antara pintu masuk ke berbagai ruangan lainnya. Kemudian saat ini orang-orang menganggap foyer sebagai aula masuk, lorong, serta ruang tunggu depan. Foyer juga merupakan area penerima atau yang berfungsi sebagai ruang transisi yang mampu menyambut dan mengantarkan tamu sebelum memasuki ruang tamu. Foyer menitik beratkan nilai estetika untuk menambah prestise pemilik rumah yang juga bisa digunakan sebagai ruang untuk menyimpan sepatu, payung, jas, topi, pernak pernik hiasan dan lain-lain. 14. Koridor Koridor Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, koridor atau selasar berarti lorong di dalam rumah; lorong yang menghubungkan satu gedung dengan gedung lainnya. Dalam arsitektur, koridor dapat berada di dalam maupun luar bangunan dan berfungsi sebagai penghubung antar ruang. 15. Void Void Void adalah ruang kosong yang menerus dari lantai bawah hingga lantai atas sehingga plafonnya menjadi lebih tinggi sering disebut plafon ganda atau "double ceiling". Void bisa diartikan dua atau beberapa lantai/tingkatan menjadi satu kesatuan ruang yang lebih lebih tinggi. Keberadaan void pada bangunan membuat sirkulasi udara dan cahaya jadi lebih lancar. Sehingga Void dapat menciptakan suasana yang lebih tinggi, lebih terang, lebih sejuk, lebih lega dan lebih megah. 16. Partisi Partisi Partisi dalam ranah arsitektur adalah dinding pemisah yang berfungsi membatasi ruang yang satu dengan ruang lainnya, memberi tambahan ruang, membedakan fungsi ruang dan atau untuk tujuan privasi. Partisi umumnya berupa dinding semi-permanen yang terbuat dari kayu, gypsum, bata, plat logam, kaca, bilah besi, dan lainnya. 17. Mezzanine Mezzanine Mezzanine merupakan lantai tambahan yang diletakkan di tengah dinding suatu lantai bangunan, berbentuk seperti balkon tetapi letaknya berada dalam ruangan. Mezzanine juga bisa dianggap sebagai partisi dari space vertikal untuk tujuan menambah ruangan. Beberapa orang memanfaatkannya sebagai kantor pribadi, ruang menonton, penyimpanan pakaian, tempat bermain, bahkan hingga kamar tidur cadangan. Semua fungsi tersebut bisa disesuaikan dengan kebutuhan penghuninya. 18. Split Level Split Level Split level atau pemisahan ketinggian adalah teknik menciptakan perbedaan ketinggian lantai antar ruang. Kegunaan split level diantaranya mampu membuat rumah terasa lebih dinamis, memerlukan tangga yang lebih pendek, mengurangi kebutuhan terhadap dinding pemisah antar ruang, hingga menyediakan lantai tambahan mirip Mezzanine atau ruang setengah lantai bertingkat yang saling menggantung dan menerus bisa diibaratkan seperti rumah lebah. Split level juga cocok diaplikasikan pada lahan yang tidak datar agar meminimalisir pengurugan serta lahan yang terbatas. Namun split level memerlukan struktur yang lebih rumit dan rentan menyulitkan pelaksana lapangan jika tidak direncanakan dengan baik. 19. Bordes Bordes Bordes adalah area plat datar di antara anak tangga yang diperuntukkan sebagai tempat istirahat dan berhenti sejenak ketika menaiki tangga. Bordes umumnya dibuat pada bagian sudut tangga. 20. Drop Ceiling Drop Ceiling Drop ceiling adalah plafon yang dibuat menggantung dengan level ketinggian yang lebih rendah dibanding plafon lain disekitarnya. Drop ceiling yang dilengkapi dengan lampu mampu membuat interior terlihat lebih estetik. 21. Up Ceiling Up Ceiling Kebalikan dari Drop ceiling, Up Ceiling adalah variasi tata plafon yang dibuat lebih tinggi dibanding plafon lain disekitarnya, sehingga membuat area dibawahnya terkesan lebih lapang dan lega. Up Ceiling yang dilengkapi dengan lampu juga mampu membuat ruangan terlihat lebih indah. 22. Backdrop Backdrop Backdrop merupakan latar belakang atau background. Backdrop sebagai dekorasi dinding berfungsi untuk mempercantik interior dan umumnya memiliki tema atau konsep tertentu. Backdrop pada arsitektur bisa berupa decorative wall seperti wall panel, wall paper, wall poster dan lainnya. 23. Decorative Wall Decorative Wall Dalam arsitektur, decorative wall merupakan dinding yang dihias dengan komponen tertentu seperti tanaman di dinding, wall panel, wallpaper, wall sticker, mural, artwork, architrave dan lainnya sehingga tampil menarik, estetik dan bisa menjadi focal point pada ruangan. 24. Wall Panel Wall Panel Wall panel merupakan lembaran papan dengan corak atau motif yang menarik serta bertekstur dan digunakan sebagai pelapis sehingga dinding tampak bertekstur, bermotif dan terlihat indah. 25. WallPaper WallPaper Wall paper merupakan kertas dinding berwarna dengan motif atau corak tertentu dan digunakan untuk menutupi serta menghias permukaan dinding sehingga interior bangunan tampak menarik. 26. Walk-in Closet Walk-in Closet Walk-in closet merupakan ruang khusus yang terletak di dekat kamar mandi dan berfungsi untuk berpakaian, berdandan serta menyimpan pakaian, aksesoris, tas dan barang lainnya. Walk-in-closet memiliki tampilan bagai ruang penyimpanan pakaian berisi lemari, meja rias dan cermin. 27. Powder Room Powder Room Powder room merupakan toilet untuk tamu yang umumnya terletak berdekatan dengan ruang tamu dan lobby/foyer. Powder room berupa ruangan kecil di lantai dasar hunian memanfaatkan space yang kecil seperti bawah tangga, umumnya berisi kloset duduk, cabinet wastafel dan cermin sehingga dapat digunakan oleh tamu. 28. Wet Kitchen atau Dapur Basah Wet Kitchen atau Dapur Basah Wet kitchen atau dapur basah atau dapur kotor merupakan dapur yang digunakan untuk memasak dan mengolah masakan berat seperti ikan, daging, menyiapkan bumbu hingga mencuci peralatan dapur. Wet kitchen berfungsi juga untuk menjaga agar dry kitchen yang terlihat dari ruang makan tetap bersih. 29. Dry Kitchen atau Dapur Kering Dry Kitchen atau Dapur Kering Dry kitchen atau yang umum disebut dapur kering atau dapur bersih adalah tempat untuk membuat makanan yang ringkas, mudah dibuat dan siap saji. Dry kitchen umumnya didekor dengan baik dan berdekatan dengan ruang makan serta digunakan sebagai tempat berkumpul anggota keluarga saat sarapan. 30. Island Table Island Table Island table atau kitchen island adalah meja yang digunakan untuk memasak seperti memotong, meracik, mengolah dan lain sebagainya. Island table terletak terpisah dari kitchen set dan bisa dipakai sebagai meja makan atau mini bar jika dilengkapi dengan beberapa kursi disalah satu sisi. 31. Pantry Pantry Pantry adalah tempat penyimpanan peralatan memasak ringan serta bahan makanan siap saji yang kemudian berkembang dengan penambahan meja dan kursi sehingga tampak seperti mini bar atau island table. Pantry lebih difungsikan sebagai tempat snack, minuman dan makanan siap saji, terutama diposisikan pada area yang jauh dari dapur, semisal di lantai atas. 32. Reading Nook Reading Nook Reading nook merupakan area duduk di sekitar jendela dan digunakan untuk membaca. Reading nook umumnya berupa dudukan seperti sofa atau tatami yang diletakkan tepat di sebelah jendela dengan rak buku di sekelilingnya. Reading nook dapat menjadi alternatif ruang baca minimalis. 33. Pintu Sliding Pintu Sliding Pintu sliding merupakan pintu geser dimana pintu dibuka dengan cara menggeser pintu ke arah samping. Pemakaian pintu geser pada rumah memerlukan ruang lebih ringkas saat membuka pintu. 34. Pintu Folding Pintu Folding Pintu folding atau pintu lipat merupakan jenis pintu yang dibuka dengan melipat panel bagian lipatan pintu. Pintu jenis ini bisa terbuat dari bahan kayu, aluminium, atau PVC. 35. Pintu Swing Pintu Swing Pintu swing adalah pintu yang dioperasikan dengan membuka ke luar dan/atau ke dalam. Dalam kehidupan sehari-hari, pintu jenis inilah yang paling banyak digunakan dan mudah ditemukan. 36. Grill Kayu Grill Kayu Grill kayu pada dasarnya merupakan kayu yang disusun berjajar secara vertikal sehingga tampak seperti bilahan pada alat pemanggang daging. Grill kayu umumnya digunakan pada bangunan sebagai partisi, secondary skin maupun ditempelkan ke dinding untuk memberikan nilai estetika. 37. Railing Railing Railing adalah konstruksi pada tangga maupun balkon yang menjadi pegangan sekaligus pembatas. Fungsi railing adalah sebagai alat pengaman dan penyangga di tangga, balkon, void atau rooftop. 38. Atap Limasan Atap Limasan Atap limas merupakan penyempurnaan atap pelana, memiliki 4 bidang miring dengan 2 bidang berbentuk segitiga dan 2 bidang berbentuk trapesium. Atap limas mudah ditemui di Indonesia dan mampu memberi perlindungan dari kondisi cuaca dengan lebih merata di tiap sisi bangunan. 39. Atap Mansard Atap Mansard Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, atap mansard merupakan atap dengan empat sisi yang kemiringannya terbatas di puncak dan curam di dasar. Atap mansard umumnya ditemukan pada rumah di Eropa. Atap mansard berbentuk unik dan mampu memaksimalkan penggunaan lahan. 40. Atap Pelana Atap Pelana Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, atap pelana adalah jenis atap dengan sudut puncak yang sangat tajam kemiringannya. Atap ini tersusun atas dua bidang miring dengan bagian tepi atasnya bertemu pada satu garis pertemuan sehingga terlihat menyerupai pelana kuda. 41. Atap Kubah Atap Kubah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, atap kubah adalah atap yang melengkung setengah bulatan. Atap jenis ini umum digunakan pada rumah, stadion, kantor, masjid, gereja hingga kuil. 42. Atap Menara Atap Menara Atap menara adalah atap dengan empat bidang miring atau lebih, yang bertemu di satu titik pada bagian atas dengan puncak yang mengerucut dan lancip. Umumnya ditemui pada menara masjid dan gereja. 43. Atap Bonnet Atap Bonnet Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, atap bonnet atau atap Joglo adalah atap berbentuk limas terpancung yang biasanya terdapat di Jawa. Atap Bonnet berbentuk trapesium dan curam di bagian puncak lalu landai di bagian tepi. Umumnya ditemui pada bangunan bernuansa etnis. 44. Atap Tongkonan Atap Tongkonan Atap tongkonan merupakan atap pada rumah adat tongkonan milik suku Toraja. Atap tongkonan berbentuk melengkung serupa perahu serta memiliki ornamen dan motif tertentu. 45. Atap Sandar Atap Sandar Atap sandar atau atap miring merupakan atap berbentuk sebuah bidang miring dengan bagian tepi atasnya menempel pada dinding bangunan, dimana salah satu sisi dinding lebih tinggi dari dinding lainnya. Atap jenis ini dapat ditemui pada bangunan bergaya modern maupun minimalis. 46. Atap Datar Atap Datar Atap datar adalah atap yang terlihat datar walau tidak 100% datar karena permukaannya dibuat sedikit miring sehingga mampu menyalurkan air hujan ke lubang talang. Atap datar umumnya ditemui pada bangunan bergaya modern minimalis dan bisa difungsikan sebagai rooftop. 47. Backyard Backyard Backyard merupakan halaman atau taman belakang pada suatu bangunan atau hunian. 48. Patio Patio Dalam arsitektur, patio adalah taman kecil yang terletak di bagian tengah atau di dalam rumah. 49. Angkul-angkul Angkul-angkul Angkul-angkul adalah bangunan tradisional Bali yang terletak di depan rumah bagaikan gapura, berfungsi layaknya pintu gerbang atau gapura pada rumah berkonsep tradisional atau villa Bali. 50. Aling-aling Aling-aling Aling-aling adalah dinding yang berdiri tepat di depan pintu masuk dan berfungsi bagaikan partisi pada pekarangan rumah tradisional Bali. Aling-aling dipercaya dapat menghalangi aura negatif agar tidak masuk ke dalam pekarangan rumah. Kini aling-aling juga banyak variasinya dapat berupa artwork waterfall. 51. Gazebo Gazebo Gazebo merupakan bangunan yang umumnya diletakkan di ruang terbuka dan digunakan sebagai tempat untuk berkumpul, duduk dan bercengkrama serta menikmati pemandangan disekitarnya. Gazebo umumnya semi-permanen namun bisa dibuat permanen seperti bangunan pada umumnya tergantung material yang digunakan untuk membangun gazebo tersebut. 52. Stepping Stepping Stepping dalam ranah arsitektur umumnya digunakan untuk menyebut pijakan langkah pada taman, perairan atau ruang terbuka lainnya. Stepping bisa berupa batu, kayu dan lain sebagainya. 53. Planter Box Planter Box Planter box adalah kotak bisa berupa pot atau bata dicor semen yang berisi tanaman yang umumnya diletakkan di beberapa sisi rumah serta berfungsi sebagai taman mini untuk menghijaukan rumah. 54. Deck Deck Deck dalam arsitektur merupakan permukaan datar yang mirip lantai, umumnya dibangun di luar ruangan dengan ketinggian lantai yang lebih tinggi dari tanah dan terhubung dengan bangunan utama. Pada hunian, deck biasanya terdapat pada teras atau pinggir kolam renang. 55. Pondasi Bangunan Pondasi Bangunan Pondasi adalah struktur bangunan paling bawah dan dasar yang berfungsi menyalurkan beban dari struktur diatasnya ke lapisan tanah pendukung atau batuan yang berada di bawahnya. 56. Sloof Sloof Sloof adalah struktur melintang mendatar yang terletak di atas pondasi dan berfungsi mendistribusikan beban dari kolom ke pondasi. Sloof juga berfungsi mengunci dinding dan kolom ke pondasi agar bagian atas bangunan tidak mudah roboh apabila terjadi pergerakan tanah. 57. Balok Balok Balok adalah struktur melintang mendatar pada bangunan yang berfungsi menyalurkan beban diatasnya kepada kolom tiang penyangga. Sedangkan balok yang diatas pondasi biasanya disebut sloof. 58. Kolom Kolom Kolom adalah struktur membujur vertikal pada bangunan yang menerima beban dari balok diatasnya dan kemudian menyalurkannya ke pondasi. Simplenya kolom adalah tiang atau pilar penyangga baik di dalam dinding atau di luar dinding. 59. Pelat Beton Pelat Beton Pelat beton adalah lantai yang dibuat dengan mengecor tulangan dan bagian pendukung lainnya pada lantai, berfungsi menerima beban yang kemudian disalurkan ke balok dan kolom. 60. Kantilever Kantilever Kantilever adalah bagian bangunan balok yang menonjol keluar dari bangunan utama yang ujungnya tidak bertumpu pada kolom atau tiang. Biasanya kantilever diaplikasikan pada balkon atau ruangan dengan beban yang tidak berat. Untuk kebutuhan hunian yang berlokasi di area ring of fire, kami sarankan menggunakan perencanaan yang lebih aman dengan tetap menggunakan tumpuan kolom atau jarak tonjolan yang tidak terlalu panjang. 61. Overstek Overstek Overstek adalah kantilever yang terletak di atap, merupakan bagian struktur atap yang berguna untuk melindungi dinding atau kusen dari air hujan dan teriknya sinar matahari sehingga tidak langsung turun mengenai struktur bangunan serta mengenai kaca, kusen dan dinding. 62. Plat Topian Plat Topian Plat topian adalah kantilever yang terletak di atas jendela. Seperti overstek, fungsinya adalah untuk melindungi kaca dan kusen agar tidak terkena panas matahari dan hujan secara langsung. 63. 3D Modelling 3D Modelling Permodelan 3D 3D modelling merupakan proses pembuatan model suatu benda menggunakan teknologi grafik di komputer untuk menghasilkan replika bentuk suatu benda dalam bentuk 3D. Dalam arsitektur, 3D modelling berarti proses dan produk dalam yang dihasilkan saat mengubah ide, konsep dan gambar 2D ke dalam bentuk 3D yang memiliki tinggi, ruang dan volume. 64. RAB RAB RAB adalah singkatan dari Rancangan Anggaran Biaya, umumnya berupa berkas atau file berisi perkiraan biaya yang akan dikeluarkan untuk melaksanakan proyek dan dijadikan dasar memilih kontraktor dan material bangunan. Dengan adanya RAB, pembengkakan biaya bisa diminimalisir dan pekerjaan konstruksi pun akan lebih terkontrol. 65. MEP MEP MEP adalah singkatan dari Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing. Dalam arsitektur, gambar MEP adalah gambar 2D yang memetakan sistem mekanikal, elektrikal kelistrikan dan plumbing pemipaan pada bangunan Rencana Elektrikal Titik Lampu & Saklar Lantai Dasar Rencana Elektrikal Titik Lampu & Saklar Lantai Satu Rencana Elektrikal Titik Lampu & Saklar Lantai Dua, dst Rencana Elektrikal Stop Kontak, AC Lantai Dasar Rencana Elektrikal Stop Kontak, AC Lantai Satu Rencana Elektrikal Stop Kontak, AC Lantai Dua, dst Rencana Elektrikal Stop Kontak, AC Denah Atap Denah Rencana Penangkal Petir Detail Penangkal Petir Rencana Instalasi Air Bersih & Air Panas Lantai Dasar Rencana Instalasi Air Bersih & Air Panas Lantai Satu Rencana Instalasi Air Bersih & Air Panas Lantai Dua, dst Rencana Instalasi Air Bersih & Air Panas Denah Atap Rencana Instalasi Air Kotor, Air Buangan & Air Hujan Lantai Dasar Rencana Instalasi Air Kotor, Air Buangan & Air Hujan Lantai Satu Rencana Instalasi Air Kotor, Air Buangan & Air Hujan Lantai Dua, dst Rencana Instalasi Air Kotor, Air Buangan & Air Hujan Denah Atap Detail Septictank/Biotank Detail Control Box & Biopori Detail Ground Tank 66. Gambar Teknis/DED Gambar Teknis Detail Engineering Design DED biasa disebut gambar teknis, gambar kerja atau gambar bestek, merupakan kumpulan gambar 2D bangunan secara lengkap dan detail. Gambar DED menjadi pedoman utama bagi pekerja ketika melakukan pekerjaan konstruksi dan perawatan bangunan. 67. Render Render Render adalah proses mengedit dan menambahkan tekstur, pencahayaan, dan lain sebagainya pada 3D modelling sehingga menjadi wujud yang lebih realistis menggunakan bantuan software. 3D modelling yang dirender tampil lebih nyata seperti potret langsung bangunan. 68. Topografi Topografi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, topografi adalah keadaan muka bumi pada suatu Kawasan atau daerah. Dalam arsitektur, topografi perlu dipetakan untuk mendapat data tentang tinggi rendahnya permukaan tanah, bentuk lahan, letak objek pada lahan, dan lain sebagainya dimana data topografi bisa digunakan untuk keperluan perencanaan desain dan pembangunan. 69. Tes Sondir Tes Sondir Tes sondir adalah suatu tindakan pengujian tanah oleh ahli sipil di beberapa titik pada lahan untuk mengetahui daya dukung tanah pada tiap lapisan bumi serta mengetahui posisi kedalaman lapisan tanah keras sebagai patokan bagi arsitek untuk menentukan jenis pondasi bangunan. 70. IMB IMB IMB adalah singkatan dari Izin Mendirikan Bangunan, merupakan dokumen atau berkas hukum berisi perizinan untuk membangun, merenovasi dan merobohkan bangunan sesuai persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang sedang berlaku. Dokumen ini diberikan oleh Kepala Daerah kepada pemilik lahan atau bangunan. 71. GSB GSB GSB adalah singkatan dari Garis Sempadan Bangunan, merupakan batas minimal pada lahan yang membatasi sebuah bangunan bisa dibangun secara massif. Di luar batas GSB, bangunan massif tidak boleh didirikan kecuali area terbuka yang semi-permanen seperti taman, teras dan balkon. Besaran GSB ini dihitung berdasarkan setengah lebar objek lain disekitarnya. Misal jika di dekat lahan terdapat jalan selebar 10 meter, maka GSB-nya adalah 5 meter. Artinya, perlu ada ruang terbuka selebar 5 meter dari pinggir jalan sebelum bagian terluar bangunan massif berdiri. 72. KLB KLB KLB adalah singkatan dari Koefisien Lantai Bangunan, merupakan angka persentase perbandingan antara jumlah seluruh luasan lantai bangunan yang dapat dibangun dengan luas lahan. KLB membatasi luas lantai yang bisa dibangun pada suatu lahan dan secara otomatis menjadi penentu berapa kiranya jumlah lantai yang bisa dibangun pada satu bangunan. 73. KDB KDB KDB adalah akronim dari Koefisien Dasar Bangunan, merupakan angka persentase perbandingan antara luas lantai dasar bangunan terhadap total luas lahan. Sederhananya, jika KLB menentukan jumlah lantai/tingkatan bangunan, maka KDB menjadi penentu besaran lantai dasar bangunan. 74. Hoek Hoek Hoek berasal dari Bahasa Belanda Deuch yang berarti sudut. Hoek adalah sebutan bagi rumah yang terletak di persimpangan jalan, diapit oleh 2 jalan dan bisa dilihat dari 2 sisi jalan. 75. Cost and Fee Cost and Fee Cost and fee adalah sistem yang diberlakukan saat seseorang menyewa jasa pelaksana pekerjaan dan membayar fee berdasarkan persentase tertentu dari nilai pekerjaan. Klienlah yang membeli dan membayar langsung material dan pekerja sehingga lebih minim resiko karena memiliki kontrol penuh atas keuangan. Bagi pelaksana juga adil atau fair karena mendapatkan fee berdasarkan persentase dari total biaya yang sudah atau sedang dikerjakan. Pelaksana juga terhindar dari resiko kenaikan harga atau perubahan-perubahan intens dari klien. Demikian 75 istilah arsitektur yang perlu dipahami agar proses diskusi bersama arsitek berjalan dengan lancar. Dengan memahami istilah-istilah itu lebih dahulu, maka nantinya akan lebih mudah bagi Anda berkomunikasi dengan arsitek bila Anda menyewa jasa arsitek profesional seperti Emporio Architect. Kini setelah mengetahui istilah yang umum digunakan pada desain arsitektur, Anda siap memulai proses desain bersama Emporio Architect untuk mewujudkan rumah impian Anda!
Abstrak Perkembangan disain struktur bangunan tahan gempa menggunakan konsep Performance Based Design atau analisis berbasis kinerja adalah konsep desain struktur bangunan gedung di mana kegagalan dapat didesain terjadi pada level dan pola tertentu sesuai tingkat kerusakan yang diinginkan. Dalam penerapan konsep Performance Based Design digunakan metode perhitungan perpindahan langsung atau Direct Displacement Based Design DDBD. Pada penelitian ini struktur gedung merupakan konstruksi beton bertulang dengan pola denah yang beraturan di mana keseluruhan tipe struktur A0, B1, B2, dan B3 yang didesain menggunakan sistem ganda pada arah sumbu kuat x dan sistem rangka pada arah sumbu lemah y. Struktur A0 merupakan struktur dasar yang menjadi pembanding terhadap ketidak beraturan vertikal kekakuan tingkat lunak yang didesain pada Struktur B1, B2, dan B3. Evaluasi hasil kinerja dan asesmen menggunakan metode ATC–40 diketahui bahwa, untuk keseluruhan tipe struktur A0, B1, B2, dan B3 pada arah x dan y berada pada level kinerja Immediate Occupancy IO dan termasuk dalam kategori daktilitas penuh full ductility. Hasil perbandingan nilai drift pada arah sumbu x pada sistem ganda diketahui bahwa semua tipe struktur nilainya tidak melebihi design drift limit, sedangkan hasil perbandingan nilai drift pada arah sumbu y pada sistem rangka diketahui bahwa struktur B1 dan B2 memiliki nilai drift yang melebihi design drift limit. Kata kunci perilaku, ketidakberaturan vertikal, analisis berbasis kinerja Abstract The development of earthquake-resistant building structural designs using the concept of Performance-based design or performance-based analysis is the design concept of building structures where failure can be designed to occur at a certain level and pattern according to the level of damage. The implementation of the concept of Performance-based design use the method of calculating direct displacement or Direct Displacement Based Design DDBD. Therefore, the building structure is a reinforced concrete construction with a regular floor plan where all types of structures A0, B1, B2, and B3 are designed using a dual system on the strong axis x and the frame system on the weak axis y. The structure A0 is the basic structure which is a comparison to the vertical irregularity of soft stiffness designed in Structures B1, B2, and B3. Evaluation of performance results and assessment using the ATC-40 method indicate for all types of structures A0, B1, B2, and B3 in the X and Y directions are at the level of performance of Immediate Occupancy IO and are included in the full ductility category. The results of the comparison of drift values in the x direction of the dual system show that all types of structures do not exceed the design drift limit. Meanwhile, the results of the comparison of drift values in the y direction of the frame system show that the structures B1 and B2 have drift values that exceed the design drift limit. Keywords behavior, vertical irregularity, performance-based analysis Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Teras Jurnal, Vol 11, No 2, September 2021 P-ISSN 2088-0561 E-ISSN 2502-1680 Perilaku Struktur Gedung Bertingkat Ketidakberaturan Vertikal Kekakuan Tingkat Lunak Dengan Analisis Berbasis Kinerja – Arbain Tata PERILAKU STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT KETIDAK BERATURAN VERTIKAL KEKAKUAN TINGKAT LUNAK DENGAN ANALISIS BERBASIS KINERJA Arbain Tata Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Khairun Jln. Pertamina Gambesi Ternate 55281 Indonesia email DOI Received January 2021 / Revised March 2021 / Accepted May 2021 Abstrak Perkembangan disain struktur bangunan tahan gempa menggunakan konsep Performance Based Design atau analisis berbasis kinerja adalah konsep desain struktur bangunan gedung di mana kegagalan dapat didesain terjadi pada level dan pola tertentu sesuai tingkat kerusakan yang diinginkan. Dalam penerapan konsep Performance Based Design digunakan metode perhitungan perpindahan langsung atau Direct Displacement Based Design DDBD. Pada penelitian ini struktur gedung merupakan konstruksi beton bertulang dengan pola denah yang beraturan di mana keseluruhan tipe struktur A0, B1, B2, dan B3 yang didesain menggunakan sistem ganda pada arah sumbu kuat x dan sistem rangka pada arah sumbu lemah y. Struktur A0 merupakan struktur dasar yang menjadi pembanding terhadap ketidak beraturan vertikal kekakuan tingkat lunak yang didesain pada Struktur B1, B2, dan B3. Evaluasi hasil kinerja dan asesmen menggunakan metode ATC–40 diketahui bahwa, untuk keseluruhan tipe struktur A0, B1, B2, dan B3 pada arah x dan y berada pada level kinerja Immediate Occupancy IO dan termasuk dalam kategori daktilitas penuh full ductility. Hasil perbandingan nilai drift pada arah sumbu x pada sistem ganda diketahui bahwa semua tipe struktur nilainya tidak melebihi design drift limit, sedangkan hasil perbandingan nilai drift pada arah sumbu y pada sistem rangka diketahui bahwa struktur B1 dan B2 memiliki nilai drift yang melebihi design drift limit. Kata kunci perilaku, ketidakberaturan vertikal, analisis berbasis kinerja Abstract The development of earthquake-resistant building structural designs using the concept of Performance-based design or performance-based analysis is the design concept of building structures where failure can be designed to occur at a certain level and pattern according to the level of damage. The implementation of the concept of Performance-based design use the method of calculating direct displacement or Direct Displacement Based Design DDBD. Therefore, the building structure is a reinforced concrete construction with a regular floor plan where all types of structures A0, B1, B2, and B3 are designed using a dual system on the strong axis x and the frame system on the weak axis y. The structure A0 is the basic structure which is a comparison to the vertical irregularity of soft stiffness designed in Structures B1, B2, and B3. Evaluation of performance results and assessment using the ATC-40 method indicate for all types of structures A0, B1, B2, and B3 in the X and Y directions are at the level of performance of Immediate Occupancy IO and are included in the full Teras Jurnal, Vol 11, No 2, September 2021 P-ISSN 2088-0561 E-ISSN 2502-1680 Perilaku Struktur Gedung Bertingkat Ketidakberaturan Vertikal Kekakuan Tingkat Lunak Dengan Analisis Berbasis Kinerja – Arbain Tata ductility category. The results of the comparison of drift values in the x direction of the dual system show that all types of structures do not exceed the design drift limit. Meanwhile, the results of the comparison of drift values in the y direction of the frame system show that the structures B1 and B2 have drift values that exceed the design drift limit. Keywords behavior, vertical irregularity, performance-based analysis 1. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara yang perkembangan penduduknya begitu pesat, sehingga dengan perkembangan penduduk yang begitu pesat akan membutuhkan ruang tinggal serta fasilitas penunjang hidup dan aktifitas kegiatan perekonomian yang terpadu Resti Oktaviani, 2016. Sejalan dengan perkembangan ekonomi dan tuntutan mengenai bangunan gedung yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat di perkotaan, melahirkan ide yang mana bahwa bangunan gedung tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal ataupun perkantoran saja, suatu bangunan gedung dengan fungsi yang beragam lebih tepat untuk mengakomodir berbagai kegiatan khususnya di perkotaan. Gedung dengan fungsi yang beragam dapat mengakibatkan ketidakberaturan struktur vertikal dan horisontal yang mana ketidakberaturan struktur yang sering terjadi akibat dari pemenuhan kebutuhan ruang bangunan gedung yaitu ketidak beraturan vertikal kekakuan tingkat lunak. Ketidakberaturan kekakuan tingkat lunak didefinisikan ada jika terdapat suatu tingkat di mana kekakuan lateralnya kurang dari 70% kekakuan lateral tingkat di atasnya atau kurang 80% kekakuan rata-rata 3 tingkat di atasnya ACI-318, 2014. Pada dasarnya, metode desain struktur beton terbagi menjadi dua, yaitu metode tegangan kerja working stress method yang berbasis teori elastis dan metode kekuatan ultimit ultimate strength method A, Imran and Imron, 2018, namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan di dunia konstruksi dan bahan material maka yang terbaru saat ini adalah konsep desain gempa berbasis kinerja performance based design di mana daktailitas, kapasitas deformasi dan kapasitas beban pada deformasi yang besar menjadi parameternya Cimellaro, Giovine and Lopez-Garcia, 2014. Selain itu, Indonesia sendiri merupakan negara yang berada di wilayah jalur gempa pasifik Circum Pasific Earthquake Belt dan jalur gempa asia Trans Asiatic Earthquake Belt sehingga sangat berpotensi untuk mengalami gempa, karena itu Indonesia termasuk dalam jalur cincin api Pasifik Ring of Fire Hakim, Alama and Ashour, 2014. Cincin api Pasifik merupakan rangkaian gunung aktif di dunia yang menyebabkan Indonesia mengalami frekuensi gempa yang cukup sering, hal ini menegaskan pentingnya tinjauan beban gempa rencana dalam perencanaan desain struktur sebagai antisipasi apabila terjadi gempa Hamidia, Filiatrault and Aref, 2015. Analisis non linier pushover ATC 40, 1997 merupakan salah satu komponen performance based design yang menjadi sarana dalam mencari kapasitas dari suatu struktur. Dasar dari analisis pushover sebenarnya sangat sederhana yaitu memberikan pola beban tertentu dalam arah lateral yang ditingkatkan secara bertahap pada suatu struktur sampai struktur tersebut mencapai target displacement tertentu atau mencapai pola keruntuhan tertentu. Teras Jurnal, Vol 11, No 2, September 2021 P-ISSN 2088-0561 E-ISSN 2502-1680 Perilaku Struktur Gedung Bertingkat Ketidakberaturan Vertikal Kekakuan Tingkat Lunak Dengan Analisis Berbasis Kinerja – Arbain Tata Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui nilai gaya geser dasar untuk perpindahan lantai atap tertentu Hakim, Alama and Ashour, 2014; Saleemuddin and Sangle, 2017; Tafakori, Pourzeynali and Estekanchi, 2017; Narayan et al., 2018; Mirjalili and Rofooei, 2020. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pola denah yang beraturan di mana keseluruhan tipe struktur A0, B1,B2, dan B3 yang didesain menggunakan sistem ganda pada arah x - x dan sistem rangka pada arah y - y. Struktur A0 merupakan struktur dasar yang menjadi pembanding terhadap ketidakberaturan vertikal kekakuan tingkat lunak yang didesain pada Struktur B1, B2, dan B3. Ketidakberaturan vertikal kekakuan tingkat lunak didefinisikan ada pada struktur B1, B2, dan B3 jika terdapat suatu tingkat yang kekakuan lateralnya kurang dari 70% kekakuan lateral tingkat di atasnya atau kurang dari 80% kekakuan rata – rata tiga tingkat diatasnya dengan lokasi di gempa di wilayah Lilik Hendri Suryo Anom, Wibowo Wibowo, 2013. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku struktur dengan ketidakberaturan vertikal kekakuan tingkat lunak untuk menunjukkan kurva kapasitas, hubungan base shear dengan displacement pada kurva pushover sebagai tahapan perilaku struktur saat terjadi gaya geser dasar pada level tertentu serta performance point Kalkan and Kunnath, 2006; Filiatrault and Sullivan, 2014; Hakim, Alama and Ashour, 2014; Pangemanan and Mantiri, 2017; A, Imran and Imron, 2018; Fajfar, 2018; Saedi-Daryan, Soleimani and Hasanzadeh, 2018. 2. Metode Penelitian Pada penelitian ini dilakukan dengan pemodelan pada 2 jenis struktur bangunan yaitu struktur bangunan dasar A0 beraturan dan struktur bangunan dengan ketidak beraturan lateral tingkat lunak B1, B2, dan B3. Struktur bangunan dasar A0 akan menjadi pembanding terhadap struktur bangunan dengan ketidakberaturan lateral tingkat lunak bangunan yang lain seperti pada Gambar 3, dengan pendekatan kuantitatif yang merupakan hasil analisis struktur gedung dengan menggunakan Finite Element. + Model struktur gedung A0 b. Model struktur gedung B1 Teras Jurnal, Vol 11, No 2, September 2021 P-ISSN 2088-0561 E-ISSN 2502-1680 Perilaku Struktur Gedung Bertingkat Ketidakberaturan Vertikal Kekakuan Tingkat Lunak Dengan Analisis Berbasis Kinerja – Arbain Tata + Model struktur gedung B2 d. Model struktur gedung B3 Gambar 1 Model struktur gedung A0, B1, B2, dan B3 Analisis pembebanan dengan beban mati, hidup dan gempa wilayah Ternate. Adapun sumber data yang digunakan adalah fungsi bangunan berupa perkantoran, tinggi bangunan masing-masing Struktur A0 adalah 96 m, Struktur B1, B2, dan B3 sebesar 105 m. Tinggi lantai tipikal adalah 4 m, tinggi lantai kekakuan tingkat lunak adalah 7 m. Sistem struktur merupakan Sistem Ganda arah sumbu x dan SRMK arah sumbu y. Mutu beton fc’ 35 MPa, Mutu baja fy 420 MPa Kalkan and Kunnath, 2006; Budiono, 2016; Zeng et al., 2016; Sulthan, 2017; Vafaei and Alih, 2018. 400 800 800 800 400XY600 600 600 6002400400 800600 6002400800 800 800 800 8005600A B CD E12345678600B7 B7 B7 B7B7 B7 B7 B7B7 B7 B7 B7B7 B7 B7B7 B7 B7 B7B1 B1 B1 B1 B1B1 B1 B1 B1 B1B1 B1 B1 B1 B1B1 B1 B1 B1 B1B1 B1 B1 B1 B1B1 B1 B1 B1 B1B1 B1 B1 B1 B1400600B2 B2 B2 B2B2 B2 B2 B2SW B2 B2 SWB2 B2 B2 B2B2 B2 B2 B2SW B2 B2 SWB2 B2 B2 B2B2 B2 B2 B2B2B2B7 B7 B7 B7B7 B7 B7B3B3 B3 B3 B3 B3B3 B3 B3 B3 B3B3 B3 B3 B3 B3B3 B3 B3 B3 B3800800800B4 B4 B4 B4B4 B4B4 B4 B4 B4B4 B4 B4 B4B4 B4B4 B4 B4 B4B4 B4 B4 B4B3 B3 B3 B3 B3B3 B3 B3 B3600 600 600 6002400400 800 800 800 400 400 800600 6002400800 800 800 800 8005600A B CD E123B7B7 B7 B7 B7B7 B7 B7B7 B7 B7 B7B3 B3 B3 B3 B340045678XY600 600B4 B4 B4 B4SW SWSW SWB2B2B7 B7 B7 B7B7 B7 B7B7 B7 B7 B7B7 B7 B7600 600 600 6002400400 800 800 800 400 400 800600 6002400800 800 800B6 B6 B6 B6B6 B6B6 B6 B6 B6B6 B6 B6 B6B6 B6B6 B6 B6 B6B6 B6 B6 B6B5 B5 B5 B5 B5B5 B5 B5 B5 B5B5 B5 B5 B5 B5B5 B5 B5 B5 B5B5 B5 B5 B5 B5B5 B5 B5 B5 B5800 8005600A B CD E12345678XY600 600B6 B6 B6 B6SW SWSW SWB2B2B7 B7 B7 B7B7 B7 B7B7 B7 B7 B7B7 B7 B7 B7B7 B7 B7 B7B7 B7 B7B7 B7 B7 B7B5 B5 B5 B5 B5400B3800800800Gambar 2 Denah struktur bangunan dasar A0, B1, B2, dan B3 Teras Jurnal, Vol 11, No 2, September 2021 P-ISSN 2088-0561 E-ISSN 2502-1680 Perilaku Struktur Gedung Bertingkat Ketidakberaturan Vertikal Kekakuan Tingkat Lunak Dengan Analisis Berbasis Kinerja – Arbain Tata Tabel 1 Tebal pelat dan dimensi Struktur A0, B1, B2, dan B3 cm Gambar 3 Hubungan capacity curve dan demand ATC-40 Dasar dari prosedur Direct Displacement Based Design DDBD adalah struktur tidak didesain lagi dengan karakteristik elastik awal, akan tetapi struktur akan didesain dengan karakteristik inelastik struktur pada tingkat kinerja desain Pangemanan and Mantiri, 2017. Prosedur desain DDBD untuk sistem rangka 1. Desain perpindahan untuk sistem rangka ditentukan berdasarkan inelastik mode shape dan tinggi masing–masing lantai. Perhitungan nilai inelastik mode shape dihitung berdasarkan jumlah lantai rencana Untuk 1 Untuk 2 2. Desain perpindahan tingkat MDOF harus dikonversi kedalam sistem SDOF, di mana perpindahan maksimum merupakan ekuivalen dari desain perpindahan tingkat MDOF, sehingga dapat dihitung dengan persamaan 3 3. Massa efektif untuk sistem SDOF pada sistem rangka dihitung dengan menggunakan persamaan 4 4. Tinggi efektif yang setara dengan sistem SDOF dihitung dengan persamaan 5 Teras Jurnal, Vol 11, No 2, September 2021 P-ISSN 2088-0561 E-ISSN 2502-1680 Perilaku Struktur Gedung Bertingkat Ketidakberaturan Vertikal Kekakuan Tingkat Lunak Dengan Analisis Berbasis Kinerja – Arbain Tata 5. Daktilitas perpindahan untuk sistem SDOF dapat dihitung dengan persamaan 6 Perpindahan leleh untuk sistem rangka ditentukan dengan karakteristik simpangan leleh yield drift pada rangka dan dapat dihitung dengan Persamaan 7 Simpangan leleh pada rangka untuk tingkat ke-i dipengaruhi dengan karakteristik geometri bangunan dan kekuatan elemen itu sendiri. Kekuatan elemen dipengaruhi oleh nilai regangan material, panjang balok, juga tinggi efektif balok. Rangka Beton 8 6. Nilai redaman viscous ekuivalen untuk sistem SDOF untuk frame beton bertulang dihitung dengan persamaan 9 7. Nilai periode efektif sistem berderajat kebebasan tunggal SDOF pada saat respon perpindahan puncak dengan redaman inelastis dari sistem dihitung dengan mengkonversi respon spektrum desain ke grafik spektra perpindahan dengan mengkonversi ke tingkat redaman viscous ekuivalen lalu pada grafik spektra perpindahan ditarik nilai perpindahan rencana sehingga nilai periode efektif sistem dapat diketahui. 10 11 8. Nilai kekakuan efektif bergantung pada nilai massa efektif dan periode efektif akan dihitung dengan persamaan 12 9. Setelah nilai kekakuan efektif dihitung, maka nilai desain gaya geser dasar dapat dihitung menggunakan persamaan 13 Prosedur desain DDBD untuk sistem ganda 1. Langkah pertama adalah menentukan proporsi gaya geser dasar yang akan diterima oleh rangka dan dinding geser dengan persamaan 14 15 2. Menentukan tinggi wall contraflexure 16 17 3. Menentukan profil perpindahan leleh dinding geser dapat digunakan persamaan Untuk , 18 Untuk , 19 Teras Jurnal, Vol 11, No 2, September 2021 P-ISSN 2088-0561 E-ISSN 2502-1680 Perilaku Struktur Gedung Bertingkat Ketidakberaturan Vertikal Kekakuan Tingkat Lunak Dengan Analisis Berbasis Kinerja – Arbain Tata 4. Desain profil perpindahan rencana dapat dihitung dengan persamaan Jika maka, 20 Jika maka, 21 Nilai simpangan pada tinggi contraflexure harus dicek dengan nilai simpangan drift rencana, , pada Persamaan 21 harus dikoreksi dengan dikalikan faktor koreksi sesuai persamaan 22 22 5. Desain perpindahan SDOF Desain perpindahan tingkat MDOF harus dikonversi ke sistem SDOF di mana perpindahan maksimum merupakan ekuivalen dari desain perpindahan tingkat MDOF dengan persamaan 23 6. Tinggi efektif struktur yang setara dengan sistem SDOF dapat dihitung dengan persamaan 24 7. Massa efektif untuk sistem SDOF untuk sistem ganda dapat dihitung dengan persamaan 25 8. Redaman viscous ekuivalen equivalent viscous damping 26 27 9. Distribusi gaya geser dasar DDBD 28 Adapun hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan metode DDBD didapatkan parameter nilai–nilai sebagai berikut Tabel 2 Parameter nilai metode DDBD sistem ganda arah x - x Teras Jurnal, Vol 11, No 2, September 2021 P-ISSN 2088-0561 E-ISSN 2502-1680 Perilaku Struktur Gedung Bertingkat Ketidakberaturan Vertikal Kekakuan Tingkat Lunak Dengan Analisis Berbasis Kinerja – Arbain Tata Tabel 3 Parameter nilai metode DDBD sistem rangka arah y - y 3. Hasil dan Pembahasan Hasil analisis struktur bangunan Gedung dengan menggunakan metode DDBD dengan target kinerja Life Safety yaitu 0,02 batas drift diperoleh parameter nilai–nilai sebagai berikut Kurva kapasitas struktur Kurva kapasitas hasil dari analisis statik beban dorong menunjukkan hubungan antara gaya geser dasar base shear dan perpindahan atap akibat beban lateral yang diberikan pada struktur dengan pola pembebanan tertentu sampai pada kondisi ultimit atau target peralihan yang diharapkan. Gambar 4 Kurva kapasitas struktur A0, B1, B2, dan B3 arah x dan y Hasil dari kurva kapasitas ialah nilai duktilitas yang mana nilai duktilitas adalah rasio antar simpangan maksimum struktur gedung pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan dan simpangan struktur gedung pada saat terjadinya pelelehan pertama didalam struktur Gedung. Tabel 4 Rekapitulasi nilai duktilitas arah x - x pada keseluruhan tipe struktur Displacement maksimum Teras Jurnal, Vol 11, No 2, September 2021 P-ISSN 2088-0561 E-ISSN 2502-1680 Perilaku Struktur Gedung Bertingkat Ketidakberaturan Vertikal Kekakuan Tingkat Lunak Dengan Analisis Berbasis Kinerja – Arbain Tata Dari Tabel 4 dan Tabel 5, diketahui bahwa struktur bangunan Gedung A0, B1, B2 dan B3 pada arah x dan y dikategorikan dengan daktalitas penuh full ductility dengan nilai daktilitas lebih dari 3,00. Tabel 5 Rekapitulasi nilai duktilitas arah y - y pada keseluruhan tipe struktur Displacement maksimum Evaluasi kinerja Nilai kinerja struktur hasil desain akan dibandingkan dengan nilai kinerja struktur yang didesain diawal saat perhitungan dengan metode Direct Displacement Based Design DDBD. Metode Spektrum Kapasitas atau Capacity Spectrum ATC-40 secara default sudah built-in terdapat pada program ETABS Untuk mendapatkan performance point maka yang dibutuhkan terlebih dahulu yaitu harus memasukkan beberapa parameter yang dihitung sesuai dengan dokumen ATC-40. Adapun parameter yang dihitung yaitu Sedangkan untuk Structural Behavior Type sesuai dengan Tabel 9-3 ATC-40 digunakan tipe B, yang artinya struktur merupakan bangunan baru dan mempunyai long period response. Tabel 6 Rekapitulasi perilaku struktur desain berbasis kinerja Target Perpindahan Rencana DDBD m Performance Point Displacement ATC - 40 Target Perpindahan Rencana DDBD m Performance Point Displacement ATC -40 Teras Jurnal, Vol 11, No 2, September 2021 P-ISSN 2088-0561 E-ISSN 2502-1680 Perilaku Struktur Gedung Bertingkat Ketidakberaturan Vertikal Kekakuan Tingkat Lunak Dengan Analisis Berbasis Kinerja – Arbain Tata Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa untuk masing masing arah pada Metode Spektrum Kapasitas ATC-40 menghasilkan nilai target perpindahan yang hampir mendekati dengan nilai rencana DDBD. Secara keseluruhan struktur berada pada level kinerja Immediate Occupancy IO. Dengan level kinerja desain Life Safety maka struktur belum mencapai target kinerja desain, tetapi mendekati nilai kinerja desain dengan level kinerja tercapai lebih tinggi dibanding rencana. Perbandingan Drift dan Displacement Nilai drift dan displacement aktual hasil analisa pushover digunakan untuk mengetahui perilaku struktur dengan ketidakberaturan vertikal yang didesain menggunakan analisis berbasis kinerja Direct Displacement Based Design DDBD, maka sesuai Priestley 2007, nilai drift desain dan hasil analisis non-linier pushover juga displacement profil desain dan hasil pushover perlu dibandingkan. Gambar 5 Grafik perbandingan drift struktur A0, B1, B2, dan B3 arah x dan y Gambar 5 Grafik Story Drift arah x-x memperlihatkan bahwa grafik drift result hasil dari analisis pushover untuk keseluruhan tipe struktur nilainya masih jauh dari grafik design drift limit, namun pada pertengahan tingkat dimulai dari lantai ke 12–24 nilai dari grafik drift result untuk keseluruhan tipe struktur melebihi nilai dari story drift design namun tidak melebihi nilai design drift limit yang berarti bahwa untuk masing-masing lantai masih berada dalam level kinerja Life Safety sesuai desain. Pada Grafik Story Drift arah y–y memperlihatkan bahwa grafik drift result hasil dari analisis pushover untuk struktur A0 pada lantai 5–10 melewati batas dari grafik story drift design namun masih berada dalam batas kinerja Life Safety karena belum melewati garis Drift Limit. Struktur B1 dan B2 terlihat bahwa drift result hasil analisis pushover melewati grafik design drift limit karena pengaruh ketidakberaturan vertikal tingkat lunak di mana kekakuan lateralnya kurang dari 70% tingkat diatasnya, di mana tinggi kolom antar lantai yang berbeda cukup signifikan antara lantai yang ditinjau dengan lantai di bawahnya. Namun berbeda dengan Struktur B3 di mana terdapat ketidakberaturan vertikal pada lantai bagian atas hasil dari nilai drift analisis pushover masih dalam batas design drift limit. Gambar 6 Grafik Displacement arah x-x, dapat diketahui bahwa nilai displacement untuk arah x-x pada Struktur B3 hasil analisis pushover nilainya yang paling mendekati serta lebih kecil dibandingkan dengan nilai displacement Teras Jurnal, Vol 11, No 2, September 2021 P-ISSN 2088-0561 E-ISSN 2502-1680 Perilaku Struktur Gedung Bertingkat Ketidakberaturan Vertikal Kekakuan Tingkat Lunak Dengan Analisis Berbasis Kinerja – Arbain Tata rencana DDBD Struktur A0. Nilai dari Struktur B1 dibandingkan terhadap struktur B2 dan B3 memiliki nilai displacement terbesar serta lebih besar dibandingkan dengan nilai displacement rencana DDBD Struktur A0 pada lantai 1–20, namun pada lantai 21–24 diketahui bahwa nilai displacement Struktur B1 sudah lebih kecil dibandingkan struktur A0. Nilai dari Struktur B2 memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilai displacement rencana DDBD Struktur A0 pada lantai 1-18, namun lebih kecil dibanding struktur B1, akan tetapi diketahui pula bahwa nilai displacement yang terjadi pada Struktur B2 pada bagian atas bangunan yakni lantai 24 memiliki nilai paling kecil dibanding keseluruhan tipe struktur terhadap struktur A0. Terlihat struktur bangunan yang mempunyai ketidak beraturan kekakuan tingkat lunak tipe B1 akan menghasilkan gaya geser yang menyimpang dari struktur bangunan dasar A0 baik pada analisis Static Push-over maupun non linier time history analysis. Hai ini diakibatkan oleh sifat diskontinu didinding geser pada lantai yang lemah tersebut menyebakan adanya anomaly nilai geser sehingga memberi distraksi terhadap gaya geser lantai lainnya ada kemiripan dengan perilaku dari hasil analisis Budiono, 2016. 02468101214161820222400,5 11,5Displacement x-x Struktur A0, B1, B2 dan B3Displacement Pushover A0Displacement Design DDBD A0Displacement Pushover B1Displacement Pushover B2Displacement Pushover B3Gambar 6 Grafik perbandingan displacement dtruktur A0, B1, B2, dan B3 Grafik Displacement arah y–y, diketahui bahwa nilai displacement untuk arah y - y pada Struktur B1 hasil analisis pushover pada bagian lantai 4–10 lebih besar dibandingkan nilai displacement rencana DDBD Struktur A0, namun pada lantai 11–24 diketahui bahwa nilai Struktur B1 lebih kecil dibanding nilai Struktur A0, lihat Gambar 5. Dari gambar tersebut juga diketahui bahwa, untuk Struktur B2 dan B3, nilai aktual displacement yang terjadi lebih kecil dibanding struktur A0 dan nilai struktur B3 dibandingkan dengan keseluruhan tipe struktur memiliki nilai displacement yang paling kecil pada lantai teratas struktur bangunan. 4. Kesimpulan Perilaku struktur gedung bertingkat ketidak beraturan vertikal kekakuan tingkat lunak dengan analisis berbasis kinerja menunjukkan bahwa lantai satu memberikan respon yang paling berpengaruh pada bagian struktur sehingga Teras Jurnal, Vol 11, No 2, September 2021 P-ISSN 2088-0561 E-ISSN 2502-1680 Perilaku Struktur Gedung Bertingkat Ketidakberaturan Vertikal Kekakuan Tingkat Lunak Dengan Analisis Berbasis Kinerja – Arbain Tata bagunan B1 paling menyimpang jika dibandingkan dengan bangunan dasar A0, memiliki nilai safety paling rendah jika dibandingkan dengan ketidak beraturan kekakuan tingkat lunak pada lantai di atas serta memiliki tingkat akurasi yang paling buruk jika dilakukan perbandingan antara metode push-over terhadap non linier time history analysis pada B2 dan B3. Hasil perbandingan nilai drift pada arah y–y sitem rangka menunjukkan hasil bahwa untuk struktur A0 pada lantai 5–10 melewati batas dari grafik story drift design namun masih berada dalam batas kinerja Life Safety karena belum melewati garis Drift Limit. Pada Struktur B1 dan B2 terlihat bahwa drift result hasil analisis pushover melewati grafik design drift limit karena pengaruh ketidakberaturan vertikal tingkat lunak di mana kekakuan lateralnya kurang dari 70% tingkat di atasnya di mana tinggi kolom antar lantai yang berbeda cukup signifikan antara lantai yang ditinjau dengan lantai di bawahnya, namun berbeda dengan Struktur B3 di mana terdapat ketidakberaturan vertikal pada lantai bagian atas hasil dari nilai drift analisis pushover masih dalam batas design drift limit. Hasil perbandingan nilai displacement pada arah x–x sistem ganda dan arah y–y sistem rangka untuk semua tipe struktur menunjukkan bahwa, displacement hasil analisis pushover nilainya lebih kecil dibanding dengan rencana DDBD untuk tiap tipe struktur yang didesain. Daftar Kepustakaan A, T., Imran and Imron, F, 2018. Evaluasi Kinerja Struktur Beton Gedung Fakultas Ekonomi Unkhair Dengan Analisis Pushover Atc-40. Jurnal Sipil Sains, 815, pp. 1–10. ACI-318, 2014. Building Code Requirements for Structural Concrete ACI 318S-14 and Commentary ACI 318SR-14. American Concrete Institute. Budiono, B, 2016. Perilaku Struktur Bangunan dengan Ketidakberaturan Vertikal Tingkat Lunak Berlebihan dan Massa Terhadap Beban Gempa. Jurnal Teknik Sipil ITB, 232, pp. 113–126, doi Cimellaro, G. P., Giovine, T. and Lopez-Garcia, D, 2014. Bidirectional Pushover Analysis of Irregular Structures. Journal of Structural Engineering, 1409, p. 04014059, doi Fajfar, P, 2018. Analysis in seismic provisions for buildings past, present and future The fifth Prof. Nicholas Ambraseys lecture. Bulletin of Earthquake Engineering, Springer Netherlands, doi Filiatrault, A. and Sullivan, T, 2014. Performance-based seismic design of nonstructural building components The next frontier of earthquake engineering. Earthquake Engineering and Engineering Vibration, 131, pp. 17–46, doi Hakim, R. A., Alama, M. S. and Ashour, S. A, 2014. Seismic Assessment of RC Building According to ATC 40, FEMA 356 and FEMA 440. Arabian Journal for Science and Engineering. 3911, pp. 7691–7699, doi Hamidia, M., Filiatrault, A. and Aref, A, 2015. Seismic Collapse Capacity–Based Evaluation and Design of Frame Buildings with Viscous Dampers Using Pushover Analysis. Journal of Structural Engineering, 1416, p. 04014153, doi Teras Jurnal, Vol 11, No 2, September 2021 P-ISSN 2088-0561 E-ISSN 2502-1680 Perilaku Struktur Gedung Bertingkat Ketidakberaturan Vertikal Kekakuan Tingkat Lunak Dengan Analisis Berbasis Kinerja – Arbain Tata Kalkan, E. and Kunnath, S. K, 2006. Adaptive Modal Combination Procedure for Nonlinear Static Analysis of Building Structures. Journal of Structural Engineering, 13211, pp. 1721–1731, doi Lilik Hendri Suryo Anom, Wibowo Wibowo, S. S, 2013. Analisis Kinerja Struktur Dengan Metode Performance Based Design Terhadap Gedung Ketidakberaturan Vertikal. Jurnal Online Matriks Teknik Sipil, 13, pp. 227–234, Available at article/view/74. Mirjalili, M. R. and Rofooei, F. R, 2020. Dynamic-Based Pushover Analysis for Two-Way Plan-Asymmetric Buildings under Bidirectional Seismic Excitation. Journal of Structural Engineering, 1463, p. 04019223, doi Narayan, S. et al, 2018. Collapse of Damaged Steel Building Frames because of Earthquakes. Journal of Performance of Constructed Facilities, 321, p. 04017128, doi Pangemanan, S. and Mantiri, H. G, 2017. Analisis Pushover Perilaku Seismik Struktur Bangunan Bertingkat Studi Kasus Bangunan Ruko. Prosiding Simposium II, 40September, pp. 978–979. Resti Oktaviani, S. S, 2016. Pengaruh Keberadaan Kawasan Kota Baru Lippo Karawaci Terhadap Perkembangan Fisik, Ekonomi, dan Sosial Pada Kawasan di Sekitarnya. Ruang Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 21, pp. 1–10, doi Saedi-Daryan, A., Soleimani, S. and Hasanzadeh, M, 2018. Extension of the Modal Pushover Analysis to Assess Structures Exposed to Blast Load. Journal of Engineering Mechanics, 1443, p. 04018006, doi Saleemuddin, M. Z. M. and Sangle, K. K, 2017. Seismic damage assessment of reinforced concrete structure using non-linear static analyses. KSCE Journal of Civil Engineering,214, Sulthan, F, 2017. Analisis Struktur Gedung Bertingkat Menggunakan Kombinasi Sistem Struktur Frame Tube Dan Waffle Slab. Prosiding Simposium II – UNIID, September, pp. 978–979. Available at Tafakori, E., Pourzeynali, S. and Estekanchi, H. E, 2017. Probabilistic seismic loss estimation via endurance time method. Earthquake Engineering and Engineering Vibration,161,pp. 233–245, doi Vafaei, M. and Alih, S. C, 2018. Seismic vulnerability of air traffic control towers. Natural Hazards. Springer Netherlands, 902, pp. 803–822, doi Zeng, X. et al, 2016. Application of the FEMA-P58 methodology for regional earthquake loss prediction. Natural Hazards. Springer Netherlands, 831, pp. 177–192, doi Copyright c Arbain Tata ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Fajfar PeterThe analysis of structures is a fundamental part of seismic design and assessment. It began more than a 100 years ago, when static analysis with lateral loads of about 10% of the weight of the structure was adopted in seismic regulations. For a long time seismic loads of this size remained in the majority of seismic codes worldwide. In the course of time, more advanced analysis procedures were implemented, taking into account the dynamics and nonlinear response of structures. In the future methods with explicit probabilistic considerations may be adopted as an option. In this paper, the development of seismic provisions as related to analysis is summarized, the present state is discussed, and possible further developments are are one of the critical infrastructures that play an essential role in managing natural disasters through receiving or sending aid and supplies. Air traffic control ATC towers are an inseparable part of each airport as the performance of airports depends on the functionality of their ATC towers. Many ATC towers have been designed and constructed based on older versions of modern seismic codes in which seismic design has followed a force-based design approach. This study addresses the seismic vulnerability of three in-service ATC towers which have been designed and constructed according to a force-based design concept. The height of the towers ranges from 24 to 52 m. Fragility curves have been used for the seismic vulnerability study of these towers. For the derivation of seismic fragility curves, 45 earthquake records were selected and classified into low, medium and high classes based on their ratio of peak ground acceleration PGA to peak ground velocity PGV. It was observed that records with a low PGA/PGV ratio imposed the highest level of damage to the towers. However, when towers were subjected to the records with a high PGA/PGV ratio, the damage intensity was not significant. Results indicated that the intensity of seismic-induced damage to the tallest tower was significantly more than that of the shortest tower. It was concluded that only the shortest tower could satisfy the expected seismic performance this paper, stiffness based damage index DI c is introduced and expressed as a simple formula based on nonlinear response got from nonlinear static procedures. It is useful because only once the pushover has to be performed for the inertia loads obtained from equivalent static method given in BIS 1893, to show the degree of damage of structure in question. It is employed to the damage assessment of example RC frames representing different structures. To extend DI c for different performance levels defined in FEMA 356, the damage values are related to drift based damage index. Results show that DI c agrees with drift damage values and is valuable tool for practical building collapses and casualties have been effectively controlled in the last two decades. However, earthquake-induced economic losses have continued to rise. Following the objective and procedure of next-generation performance-based seismic design, the economic loss prediction method proposed by FEMA-P58 is extended to regional earthquake loss prediction in this study. The engineering demand parameters EDPs for a large number of buildings within a region are efficiently obtained through nonlinear time history analysis THA using multi-story concentrated-mass shear MCS models. The building data, including structural and nonstructural components, are obtained through field investigation, structural and architectural drawings, and default database published in the FEMA-P58 document. A case study of Tsinghua University campus in Beijing is performed to demonstrate the implementation and advantage using proposed FEMA-P58 method for regional earthquake loss prediction. The results show the advancement in loss simulation for a region, and in identifying the influence of the different ground motion characteristics velocity pulse on the regional Building Code SBC 301 including seismic design regulation is recently developed and released for immediate implementation. The design procedures according to SBC-301 are generally based on elastic force-based analysis method. Seismic engineers are recently turning to nonlinear static analysis or pushover analysis which predicts directly the amount and location of plastic yielding within a structure. The purpose of this paper was to evaluate the performance of the buildings, which were design according to SBC, using pushover analysis. Four typical RC frame structures are evaluated. Pushover analysis is performed to produce the ultimate building capacity. Performance levels of the buildings are specified according ATC-40, FEMA-356, and FEMA-440. The results show that the SBC design buildings generally satisfy to these methods acceptance R. MirjaliliFayaz R. RofooeiA dynamic-based pushover procedure for two-way plan-asymmetric buildings DPTPA is proposed based on performing two nonlinear static analyses along the principal directions of the structural model to properly consider the torsional and higher modes effects. Along each direction, a lateral-torsional load pattern is developed for each of the stiff and flexible edges. For this purpose, in each direction, the peak story drift responses of the stiff and flexible edges and the center of stiffness CS are obtained from a response spectrum analysis RSA. Then, the resulting peak story drifts for each of the stiff and flexible edges are decomposed into their translational and rotational components of the floor’s displacement. The displacement vectors determined for each of the flexible and stiff edges are used to construct two lateral load patterns consisting of equivalent lateral forces and torsional moments, corresponding to the flexible and stiff edges of the structural system. Then, two standard pushover analyses with the prescribed lateral load patterns are performed along each direction, and the envelope of the results for each direction are combined according to the square root of the sum of squares SRSS technique to determine the final structural response. The code suggested target displacements for each direction are also proposed to be modified using a modification factor with regard to the level of nonlinearity sustained by the structural model. To evaluate the efficiency of the proposed DPTPA procedure, the nonlinear time history analysis NL-THA, the practical modal pushover analysis method PMPA, and the extended-N2 method are employed using a couple of numerical examples. The required comparisons are made on global and local seismic demands. The obtained results clearly demonstrate the superiority of the proposed DPTPA procedure in efficiently estimating the induced seismic demands and in being much easier to use for professional application relative to other considered enhanced pushover effects on structures are notably dangerous, and the damage and destruction that they cause are considered a great threat to human lives. Nonlinear dynamic analysis NDA is recognized as an accurate method for analyzing structures under blast waves. However, because of the time-consuming nature of this analysis, a simple alternative method with a sufficient degree of accuracy is essential. This study aims to extend the concept of the well-known modal pushover analysis MPA to assess structures under blast loading. MPA is currently used to analyze structures under seismic excitation. In an earthquake analysis, forces are distributed over the height of the structure in proportion to the mass concentration. However, in the blast-loading scenario, the distribution of forces on the building depends on the magnitude and location of explosion, regardless of the mass distributions. Based on these differences, the fundamental formulations of the MPA are modified, and a step-by-step procedure is accordingly proposed. The effectiveness of the proposed procedure is assessed by examining an eight-story shear-wall structure. The results show that the proposed procedure is sufficiently accurate in comparison with the exact present study investigated the vulnerability of damaged building frames to sway collapse under seismic excitation. Crucial to the investigation was the identification of the critical damage scenario that triggers complete or partial sway collapse. This was accomplished by a simulation procedure aided by genetic algorithm, plastic analysis, and pushover analysis of the frame. The procedure, genetic plastic pushover analysis GPPA, enabled creation of various potential damage scenarios that lead to the collapse of the frame under response spectrum compatible earthquakes of different intensities, represented by the peak ground acceleration PGA values. The damage scenario, which required the least value of the PGA for collapse, was identified as the critical damage scenario. If a frame had a damage scenario the same as the critical damage scenario, then it was likely to collapse under a similar earthquake having a PGA equal to the least value of PGA as described previously. A 10-story steel building frame was used as an illustrative example to demonstrate the application of the method. The result of the study was validated by performing a nonlinear time history analysis for response spectrum compatible ground motion, and by comparing analytical prediction with existing test results available in the literature. The numerical results showed that there exist certain localized damages in a building frame that may trigger collapse, leading to complete failure under an earthquake. If the damage of the building can be evaluated beforehand, the building's vulnerability to collapse under future earthquakes can be predicted using the methodology presented in this Seismic Loss Estimation is a methodology used as a quantitative and explicit expression of the performance of buildings using terms that address the interests of both owners and insurance companies. Applying the ATC 58 approach for seismic loss assessment of buildings requires using Incremental Dynamic Analysis IDA, which needs hundreds of time-consuming analyses, which in turn hinders its wide application. The Endurance Time Method ETM is proposed herein as part of a demand propagation prediction procedure and is shown to be an economical alternative to IDA. Various scenarios were considered to achieve this purpose and their appropriateness has been evaluated using statistical methods. The most precise and efficient scenario was validated through comparison against IDA driven response predictions of 34 code conforming benchmark structures and was proven to be sufficiently precise while offering a great deal of efficiency. The loss values were estimated by replacing IDA with the proposed ETM-based procedure in the ATC 58 procedure and it was found that these values suffer from varying inaccuracies, which were attributed to the discretized nature of damage and loss prediction functions provided by ATC simplified procedure is developed for estimating the seismic sidesway collapse capacity of frame building structures incorporating linear and nonlinear viscous dampers. The proposed procedure is based on a robust database of seismic peak displacement responses of viscously damped nonlinear single-degree-of-freedom systems for various seismic intensities and uses nonlinear static pushover analysis without the need for nonlinear time history dynamic analysis. The proposed procedure is assessed by comparing its collapse capacity predictions on 1,190 different building models with those obtained from incremental nonlinear dynamic analyses. A straightforward collapse capacity-based design procedure aimed at achieving a predetermined probability of collapse under maximum considered earthquake event is also introduced for viscously damped structures without extreme soft story irregularities.
Pada bangunan bertingkat, aktifitas penghuni sangat tergantung dengan fasilitas gedungnya, jadi sebuah bangunan bertingkat yang sudah jadi struktur rangkanya belum dapat dikatakan sudah berfungsi dengan layak. menjadi contoh penghuni di lantai atas yg membutuhkan air untuk mandi akan sangat repot Jika harus membawa air berasal bawah ke atas. untuk memenuhi kebutuhan ini, sebuah bangunan gedung masih membutuhkan pekerjaan pelengkap yg termasuk pekerjaan listrik dan Tentang Bangunan Bertingkat Pekerjaan listrik dan mesin sekarang ini merupakan galat satu kebutuhan pokok Jika orang mendirikan bangunan, makin maju suatu masyarakat pada tingkat hidupnya, makin poly mereka menggantungkan aktifitasnya pada pada rumah pada listrik dan mesin. Beberapa pekerjaan listrik serta mesin yang cukup penting akan diuraikan berikut 1. Listrik Fungsi utama listrik adalah buat penerangan di dalam tempat tinggal . Fungsi lainnya antara lain buat memberi nyawa pada indera-alat elektronik dan mesin agar dapat bekerja, yg di zaman terkini ini telah sangat mewarnai kehidupan insan, baik di rumah juga pada tempat kerja. asal listrik umumnya diambil dari PLN, Bila belum ada jaringan listrik pada daerah itu bisa dipakai Generator, yaitu alat pembangkit energi listrik yang digerakkan sang mesin diesel. Pekerjaan jaringan listrik di pada rumah wajib dilaksanakan sang perusahaan instalatir yang sudah diakui oleh PLN, hal ini bisa dimengerti sebab pekerjaan listrik ialah sangat berbahaya Bila ditangani oleh orang umum yg tidak mengerti stroom yang mematikan. Pipa listrik pada bawah plafon harus tertanam di pada plesteran dinding, sedang jaringan kabel diatas plafon wajib dipasang rapi menggunakan kait-kait penguat, masing-masing kebel positif dan negatif wajib dipasang sejajar dengan jarak 10cm atau lebih. di lantai beton yang bawahnya tidak ada plafon, pipa listrik wajib ditanam dalam beton. semua pipa dipasang lengkap sebelum betonnya dicor, buat memudahkan penarikan kabel listriknya nanti. 2. Penangkal Petir Sebuah benda yang menjorok tinggi dibanding benda-benda disekitarnya, akan lebih akbar kemungkinan disambar petir, demikian jua di bangunan bertingkat. untuk melindungi bangunan dan penghuninya berasal sambaran petir, maka di bangunan bertingkat sangat perlu dipasang indera penangkal petir yang dipasang di bagian atap yang tertinggi. Pemasangan penangkal petir ini juga dilaksanakan oleh perusahaan instalatir listrik yang sudah menerima rekomendasi PLN. Tiang penerima petir yg dipasang di atas atap harus dihubungkan ke tanah sang kabel yang ditanam hingga mencapai air tanah terendah. dengan tinggi 2 meter diatas bagian atas tanah, kabel ini wajib dibungkus menggunakan pipa buat mencegah penyebaran aliran petir yg bisa membahayakan orang yg lewat didekatnya. ada dua jenis indera penangkal petir yg terdapat di pasaran, yaitu – indera penangkal petir biasa, dapat dikerjakan sang instalatir pada umumnya. Bersifat hanya menerima Bila terdapat petir yang menghampiri gedung tersebut. – indera penangkal petir radioaktif, buat pemasangannya harus terdapat rekomendasi dari Batan Badan Atom Nasional. Bersifat menangkap Jika terdapat petir disekitar gedung tadi dalam radius eksklusif. 3. Pompa Air indera ini buat menaikkan air ke atas ke bak penampung yang dipasang lebih tinggi asal ketinggian lantai tingkat, agar air nantinya bisa mengalir ke semua lantai tingkat. Pompa pada biasanya mempunyai daya dorong lebih akbar dibandingkan daya hisapnya, sang sebab itu pompa lebih banyak dipasang di dekat bagian atas air berasal asal yg akan diambil. Setiap pompa mempunyai spesifikasi dan kekuatan yg tidak selaras. buat memilih pompa, harus diukur lebih dahulu kedalaman air yang akan dihisap serta ketinggian bak penampung yg akan disuplai. 4. indera Komunikasi dan AC Pelengkap gedung lain yg dapat menunjang aktifitas penghuni, antara lain telepon yaitu alat komunikasi antara ruang didalam gedung maupun komunikasi dengan pihak pada luar gedung. alat ini sangat membantu pada efisiensi kerja, berhemat saat dan tenaga buat berjalan ke sana ke ayo. AC Air Conditioner yaitu alat buat menyejukkan serta menyampaikan udara segar pada dalam ruangan, maksudnya supaya penghuni merasa betah dan tidak cepat indolen/letih dalam bekerja. buat memasang AC perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut – wajib dicegah sebesar mungkin masuknya sinar surya ke dalam ruangan, misalnya menggunakan tirai pelawan matahari Sunscreen atau kaca riben; – Plafon dibuat relatif rendah, agar volume ruang yang didinginkan tidak terlalu besar ; – pada ruangan usahakan menggunakan bahan-bahan interior yang bisa menyimpan dingin dalam waktu usang; – buat menjaga kesejukan serta kesejukan udara dalam ruang, disarankan tidak merokok atau membuat asap, debu, pada dalam ruangan ber AC; – Ruangan ber AC harus selalu dalam keadaan tertutup buat menjaga syarat kesejukan dan kesejukan udara pada ruang selalu kontinyu serta stabil temperaturnya. AC dapat dipasang secara Sentral AC serta Lokal AC. Sentral AC hanya diharapkan satu unit mesin pendingin untuk mensuplai hawa dingin ke semua ruangan. Lokal AC hanya dipakai serta dipasang di tiap ruangan, jadi bila hanya satu ruang yang membutuhkan AC, relatif dihidupkan AC di ruang tadi saja, ini jelas akan berhemat pemakaian energi listriknya. Baca Juga Studi Risiko Proyek Konstruksi di Sumatera Barat Telah dibaca 369
teras lantai atas pada bangunan bertingkat